AKHIR HAYAT SYEKH THOIFUR ABU YAZID AL-BUSTHAMI
Menjelang akhir hayatnya, Syekh Abu Yazid memasuki sebuah tempat shalat dengan memakai ikat pinggang. Mantel dan pecinya yang terbuat dari bulu domba itu dikenakannya secara terbalik. Kemudian ia bermunajat, "Ya Allah, aku tidak membanggakan disiplin diri yang telah kulaksanakan seumur hidupku, aku juga tidak membanggakan shalat yang telah aku lakukan sepanjang malam. Tidak pula menyombongkan puasa yang telah kulakukan selama hidupku. Aku tidak menonjolkan upayaku mengkhatamkan (menamatkan) AlQur’an berulang-ulang kali. Aku tak akan mengatakan betapa tingginya pengalaman spiritual yang telah aku alami, betapa bersungguh-sungguhnya untuk doa yang telah aku panjatkan dan betapa akrabnya hubungan aku dengan Engkau.
Engkaupun mengetahui bahwa aku tidak membanggakan segala sesuatu yang telah aku lakukan itu. Semua yang kukatakan ini bukan untuk membanggakan diri. Semua ini kukatakan kepada-Mu karen aku malu atas segala perbuatanku itu. Engkau telah melimpahkan rahmat-Mu, sehingga aku dapat mengenali diriku sendiri. Semuanya tidaklah berarti, dan anggaplah tidak pernah terjadi. Aku adalah seorang tua yang sudah berumur tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih dalam keburukan.
Baru sekarang inilah aku dapat memutus ikat pinggang ini. Baru sekarang aku dapat melangkah ke dalam lingkungan Islam. Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidah untuk mengucapkan syahadat (pengakuan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah). Engkau menerima umat manusia bukan karena kepatuhan mereka, dan Engkau tidak akan menolak mereka hanya karena keingkarannya. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tak berkenan kepada-Mu, limpahkanlah ampunan-Mu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku, karena akupun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah mematuhi-Mu”.
Makam Syekh Thoifur Abu Yazid Al-Busthami terletak di pusat kota Bistami yang banyak diziarahi oleh para penziarah.
Sebuah kubah didirikan di atas makamnya pada tahun 713 H/1313 M atas perintah Sultan Mongol bernama Muhammad Khudabanda, seorang Sultan yang berguru kepada keturunan Syekh Thoifur Abu Yazid Al-Busthami, seorang mistikus kedalam Tuhan, Sulthonul Auliya yang mencapai keimana tingkat tinggi.
sumber : Kitab Suluk Raden Syair Langit Dan Ajaran Tarekat Thaifuriyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar