Sabtu, 13 Agustus 2022

KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYEKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH

 


KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYEKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH


I. Menganggap bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong, yg ada adalah, ketika beliau Syekh Siti Jenar sedang berdakwah disebuah daerah yang juga mendakwahi seorang Adipati, beliau sempat dikalahkan oleh seorang dukun ahli sihir kepercayaan Adipati itu sendiri. Kekalahan beliau bukanlah kekalahan yang sebenarnya, mungkin itu adalah kehendak Allah untuk mempertemukan Beliau dengan Sunan Bonang alias Kanjeng Syekh Raden Makhdum Ibrahim dan juga Sunan kalijaga alias Kanjeng Syekh Raden Mas Sa’id. Syekh Siti Jenar di sihir menjadi cacing oleh dukun sihir tersebut.

Saat itu ketika Sunan Bonang akan mengijazahkan ilmu kewalian, ilmu makrifat kepada muridnya Sunan Kalijaga, secara tidak sengaja kapal yang akan dinaiki itu bocor, tanpa sepengetahuan Sunan Bonang, Sunan Kalijaga mengambil tanah liat yang ia gunakan untuk menambal perahunya, dan ternyata didalam tanah liat itu terdapat cacing tanah, yang ternyata cacing tanah itu adalah Syekh Siti Jenar. Oleh karena itu secara tidak langsung, Sunan Bonang mewariskan dan meng-ijazahkan ilmu makrifat dan ilmu kewalian kepada Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar secara langsung. Hal itupun baru disadari ketika mereka semua kembali menepi disisi pantai, karena sewaktu itu pewarisan ilmu makrifat dilakukan ditengah laut, agar tidak ada makhluk yang sembarangan mendengarkan ilmu agung itu. Sunan Bonang tiba-tiba serasa melihat ada kehidupan didalam tanah liat yang digunakan Sunan Kalijaga untuk menambal perahunya yang bocor. Dengan kuasa Allah, Sunan Bonang berdo’a dan cacing itupun kembali menjadi manusia, yakni Syekh Siti Jenar, dan hal itu juga yang menjadi awal nama Syekh Siti Jenar, karena nama itu diberikan oleh Sunan Bonang. Syekh Siti Jenar sendiri memiliki beberapa nama lain, diantaranya adalah, Sayid Hasan Ali ( nama asli Beliau ) Syekh Siti Jenar, Syekh Lemah Abah, Syekh Abdul Jalil, dan Syekh Lemah Birt.

Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati, Alih aksara Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah 2002, halaman 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatisipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dusun Lemahabang.”

( Adapun diceritakan kalau Lemah abang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang )

II. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syekh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syekh Siti Jenar adalah pemelintiran makna, tidak berdasar alias ngawur, mengartikan bahasa hakikat oleh syare'at. Dalam Suluk Syekh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah, ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syekh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, dan itu yang diwariskan juga oleh pendahulunya, Syekh Thoifur Abu Yazid Al-Busthami, yang dimana hingga kini, ajaran itu didakwahkan oleh Abah Leuweunggede Raden Syair Langit di Majelis Tarekat Thaifuriyah Ma’had Thoriqotul Auliya.

III. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syekh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dll. Syekh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya. Beliau berkata, “Saya berguru kepada Syekh Siti Jenar selama 9 tahun. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Beliau adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syekh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah Allah Allah” dan membaca Shalawat Nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, senin kamis, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

IV. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syekh Siti Jenar dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah SAW. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syekh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun, manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para Habaib, Ulama, Kiyai dan Ajengan yang terpercaya kewaroannya. Mereka berkata bahwa Syekh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di pengimaman Masjid di Cirebon setelah sholat Tahajud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh. “ Cerita bahwa Syekh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau drama.

Bantahan saya: “Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syari’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan ( Hifzhun Nasal wal Hayaah ). Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin sembilan Waliyullah yang mulia yg sebagian banyak adalah dari keturunan Nabi Muhammad SAW akan membunuh Waliyullah dari keturunan yang sama, sangat tidak bisa diterima akal sehat”.

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai, bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas.

1) Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]

2) Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]

3) Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]

Sedulur sedaya, berhati-hatilah menghukumi sesuatu, gunakan ilmu yg benar dan rujukan yg benar.

Pemalsuan sejarah yg bisa merusak umat Islam ini bukan hanya tentang Kanjeng Syekh Siti Jenar, kita semua tahu, seperti hal nya sejarah tentang manusia purba yg menganggap manusia berasal dari Kera, belum lagi penyimpangan penemu-penemu ilmu pengetahuan yg telah di ganti oleh orang-orang kafir, padahal cendekiawan Islam lah yg telah menemukannya, bagaimana kita melihat sejarah laut hitam, kitab ilmu pengetahuan yg dimusnahkan keasliannya, dan seperti itulah juga yg terjadi pada sejarah Kanjeng Syeikh Siti Jenar.

Saya masih teringat tentang ungkapan kiasan dari Kanjeng Syekh Sunan Kalijaga.

Beliau berucap, "Wahai Syekh Lemah Abang, engkau bagaikan rembulan walau dilihat dari sisi yg gelap".

Ini adalah bahasa kias yg kurang lebih mempunyai arti, bahwa Syekh Siti banyak dianggap sesat, padahal insyaAllah mulia di mata Allah. Semoga rangkuman sejarah Kanjeng Syekh Siti Jenar ini bisa bermanfaat bagi kita semua, didunia rawuh akhirat, dan semoga kita bisa memetik hikmah untuk kebaikan hidup kita didunia fana ini.


sumber : Kitab Suluk Raden Syair Langit Dan Ajaran Tarekat Thaifuriyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Film Kolosal Prahara Keris Jala Sutra ( the series ) Karya Raden Syair Langit

  Sebuah karya film berjudul Prahara Keris Jala Sutra ( the series ) yang akan ditayangkan setiap hari jumat siang di channel youtube Lawang...